Postingan

Huzur-ı Humayun Dersleri - Ngaji Pasaran Ala Sultan Turki Utsmani

Gambar
  Huzur-ı Humayun Dersleri Ngaji Pasaran Ala Sultan Turki Utsmani       Dalam dunia pesantren di Indonesia, kita mengenal tradisi Ngaji Pasaran / Pasanan. Ngaji Pasaran adalah kegiatan mengaji kitab-kitab kuning yang diadakan di bulan Ramadhan. Ngaji Pasaran ini biasanya dimulai semenjak hari pertama bulan Ramadhan, mengkaji kitab-kitab yang sekiranya bisa dikhatamkan hingga akhir bulan Ramadhan, atau bahkan sebelum akhir bulan Ramadhan.     Menariknya, ngaji pasaran boleh diikuti oleh santri mana pun, baik santri yang asli mondok di sana, maupun santri tamu yang menyengaja “tabarukan’’, bahkan santri kalong pun boleh untuk mengambil kesempatan merasakan tinggal di asrama selama bulan Ramadhan.     Nah, dulu pada masa Turki Utsmani juga ada tradisi Ngaji Pasaran yang diadakan oleh Sultan di lingkungan istana. Tradisi ngaji tersebut disebut dengan ‘ Huzur- ı Humayun Dersleri’, yang memiliki arti ‘Pengajian dihadapan sang Raja’. Pengajian ini dilakukan dihadapan sang Sultan ya

SULTAN JUGA SEORANG AYAH

Gambar
  SULTAN JUGA SEORANG AYAH     Putri Sultan Abdul Hamid II, Khadijah Sultan yang baru berusia 8 bulan, terjangkit penyakit difteri. Meski banyak dokter yang sudah berusaha semaksimal mungkin, nyawa Khadijah tidak berhasil diselamatkan.    Sultan Abdul Hamid II yang dikenal sangat sayang dan peduli kepada anak-anaknya dan juga rakyatnya sangat bersedih atas kejadian ini. Beliau berkata : “ Anak saya tidak bisa diselamatkan, entah bagaimana nasib anak-anak orang miskin?  Setidaknya mari kita bangun rumah sakit agar hati para ayah seperti saya tidak hancur. " Beliau memutuskan untuk membangun rumah sakit atas nama Khadijah Sultan.  Dokter Ibrahim Bey, seorang dokter yang pernah bekerja di rumah sakit paling modern di Berlin dan yang telah berusaha semaksimal mungkin merawat Khadijah, ditugaskan untuk perencanaan pembangunan rumah sakit ini.   Segala biaya pembangunan rumah sakit yang memakan waktu satu tahun itu ditanggung oleh “Ceyb-i Hümayun” (baca; jeybi humayun) , yaitu dari

Perayaan Maulid Pada Masa Turki Utsmani

Gambar
  Perayaan Maulid Pada Masa Turki Utsmani    Bulan Rabi’ul Awwal atau juga dikenal dengan bulan Maulid merupakan bulan penting dan bersejarah bagi umat islam. Dinamakan bulan maulid karena pada bulan tersebut adalah bulan kelahiran Nabi agung kita Nabi Muhammad SAW Sang Khatamul Anbiya wal Mursalin , nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT , nabi yang diutus sebagai Rahmatan lil’aalamiin, rahmat bagi seluruh alam. Bulan maulid juga mengingatkan kita tentang kehidupan dan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menegakkan agama islam, dan juga akhlaq mulia beliau yang penuh dengan kesabaran dan kasih sayang.     Umat ​​Islam di seluruh dunia senantiasa merayakan malam ke-12 bulan Rabi'ul Awwal. Bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri di hari kelahirannya, beliau duduk bersama para Sahabat, menceritakan kejadian-kejadian yang terjadi ketika kelahiranNya. Para Sahabat seperti Hasan bin Tsabit RA, Abdullah bin Rawahah RA, dan Ka’b bin Zuhair RA melantunkan syair-syair yang memuji R

Sejarah Maqsurah / Hünkar Mahfili dalam peradaban Islam

Gambar
  Sejarah Maqsurah / Hünkar Mahfili dalam  peradaban Islam       Perlu kita ingat dahulu Amirul Mu’minin Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab RA dibunuh saat sedang melaksanakan sholat shubuh di masjid. Untuk mengantisipasi terjadinya pembunuhan yang serupa, pada masa Kekhalifahan Sayyidina Utsman bin Affan RA mulai dibangunlah ‘Maqsurah’ di dalam Masjid Nabawi, adalah sebuah ruangan tertutup di dalam masjid yang digunakan sebagai tempat shalat khusus para khalifah/pemimpin agar terjaga dari niat buruk yang membahayakan keselamatan sang khalifah ketika sedang melaksanakan shalat di dalam masjid.  Pembangunan maqsurah sendiri telah menjadi tradisi penguasa-penguasa islam selanjutnya. Maksurah Masjid Agung Kairouan, Tunisia       Di masa Turki Utsmani, maqsurah disebut dengan nama  “Hünkar Mahfili”. Hunkar Mahfili sendiri biasanya hanya dibangun di dalam masjid-masjid salathin, masjid yang dibangun oleh para sultan-sultan Turki Utsmani. Hunkar Mahfili Masjid (Hagia Sophia) Ayasofya,

THARIQAH YANG DIIKUTI OLEH SULTAN TURKI UTSMANI

Gambar
  THARIQAH YANG DIIKUTI OLEH SULTAN TURKI UTSMANI       Ilmu Tasawwuf atau juga yang dikenal dengan sufisme merupakan suatu ajaran tentang bagaimana menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, mengendalikan hawa nafsu serta membangun dhohir dan batin untuk dapat memperoleh kebahagiaan abadi.     Dalam ilmu tasawwuf ada yang namanya thariqah . Thariqah atau tarekat secara bahasa berarti “jalan”. Sedangkan menurut ulama-ulama ahli tasawwuf diartikan sebagai jalan atau cara yang ditempuh seorang hamba menuju ridlo Allah SWT.     Melihat definisi di atas, maka jelas sekali pengertian thariqah sangatlah luas. Thariqah tidak hanya berdzikir atau dengan berbagai wiridan saja, namun bisa juga dengan berbagai bentuk ibadah yang dapat mendekatkan diri menuju ridlo Allah SWT yang menciptakan alam semesta. Bisa berupa dzikir, wirid, puasa sunah, sholat-sholat sunnah, dan berbagai bentuk amal kebajikan lainnya.     Tasawwuf berperan sebagai salah satu pondasi dalam berdirinya kesultanan Turki U

Kisah Sultan Sulaiman Al Qanuni : "Itu bukan urusanku!"

Gambar
  Kisah Sultan Sulaiman Al Qanuni : "Itu b ukan urusan ku!"      Ketakutan yang paling besar bagi seorang penguasa yang telah berada di masa kejayaan tentunya adalah ketakutan akan kehilangan kekuasaan dan kehancuran negaranya. Begitu pula yang dialami oleh Sultan Sulaiman Al Qanuni (1520-1566) sultan turki utsmani yang kesepuluh, beliau mengkhawatirkan negara islam yang sedang dalam masa kejayaannya ini akan mengalami kemunduran. Oleh karena itu, para sultan turki utsmani berusaha untuk membuat aturan-aturan dan menerapkan kedisiplinan dalam pemerintahan mereka secara sistematis.     Disamping itu, mereka juga sering berdiskusi masalah negara dengan syaikhul islam, mufti, qadhi dan para ulama. Mereka juga sering berada dalam majlis ceramah para ulama-ulama tasawwuf, mendengarkan nasihat-nasihat dari mereka. Salah satu ulama tasawwuf pada masa Sultan Sulaiman Al Qanuni adalah Beşiktaşlı Yahya Efendi .     Yahya Efendi juga dikenal dengan nama Molla Şehzade. Ayah bel